Sabtu, 12 November 2011
SURAT UNDANGAN MEMBUKA ACARA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Alamat: Jln Jatayu, Singaraja-Bali Telp. (0362) 22389
Singaraja, 15 September 2011
Nomor : 03/Pan-Semlok IX/2011
Lampiran : 1 (Gabung)
Hal : Undangan Membuka Acara
Kepada Yth. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
di Singaraja
Dengan hormat,
Dalam rangka melaksanakan program penyempurnaan kurikulum Jurusan PGSD, akan diselenggarakan seminar dan loka karya. Sehubungan dengan hal itu, kami panitia memohon kehadiran Bapak untuk membuka acara tersebut, yang diselenggarakan pada:
Hari/tanggal : Sabtu, 17 September 2011
Pukul : 09.00 Wita
Tempat : Ruang Serba Guna PGSD (Jl. Jatayu, Singaraja)
Demikian undangan ini, atas perhatian dan kerjasamanya, disampaikan terima kasih.
Mengetahui:
Ketua Jurusan PGSD, Ketua Panitia,
Drs. Ign. I Wayan Suwatra, M. Pd Drs. I Ketut Dibia, M. Pd
NIP 19560423198303 1 002 NIP 19561231198203 1 032
Ini salah satu tugas yang saya buat mengenai dasar-dasar TIK. Selanjutnya dapat didownload pada link berikut.
http://www.4shared.com/folder/xf2Y2qWl/_online.html
nama : NI KADEK HENY KRISTIANTI
Ini salah satu tugas yang saya buat mengenai dasar-dasar TIK. Selanjutnya dapat didownload pada link berikut.
http://www.4shared.com/folder/xf2Y2qWl/_online.html
nama : NI KADEK HENY KRISTIANTI
nim : 0911031227
jurusan : PGSD
kelas : E /V
jurusan : PGSD
kelas : E /V
Rabu, 09 November 2011
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(TEAMS GAMES TOURNAMENT )
A. Deskripsi Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Saptono, 2008 (dalam Hakim, 2009) menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen.
Model pembelajaran kooperatif ada berbagai macam dan salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Model ini pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Model Pembelajaran TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
Penerapan Model TGT dalam pelaksanaanya tidak memerlukan fasilitas pendukung khusus seperti peralatan atau ruangan khusus. Selain mudah diterapkan dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang diinginkan. Kegiatan tutor sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen yaitu setelah masing-masing anggota kelompok membuat soal dan jawabannya, untuk selanjutnya saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama. Sedangkan untuk memotivasi belajar siswa dalam TGT terdapat unsur reinforcement.
Model Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT) mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran, seperti rendahnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas proses belajar siswa ataupun rendahnya hasil belajar siswa dan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, juga melibatkan peran siswa sebagai ”tutor sebaya”.
Ditinjau dari kompetensi yang dapat dikembangkan dalam Model Pembelajaran TGT yaitu sebagai berikut.
1. Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam aspek kognitif, dengan menggunakan TGT pengetahuan siswa mengenai materi pelajaran akan lebih mendalam karena dalam TGT ada unsur tutor sebaya.
2. Pemahaman (understanding) yaitu menyangkut kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Di samping memahami materi pelajaran dengan TGT siswa juga dilatih untuk memahami perasaan orang lain.
3. Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kompetensi ini dapat dengan mudah diperoleh siswa, karena dalam TGT dapat mengembangkan banyak kompetensi diantaranya membuat pertanyaan dan menjelaskan kepada siswa lain.
4. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Kompetensi ini pada TGT terkandung dalam kejujuran dalam merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan penjelasan kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk menyatukan pendapat yang berbeda.
5. Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang akan datang dari luar. Kompetensi sikap diperoleh siswa karena dalam TGT siswa belajar dengan kelompok masing-masing tanpa ada tekanan dari guru, sehingga siswa merasa senang dan santai.
6. Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Adanya turnamen dalam TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari materi pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) juga memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
Kelebihan Model Pembelajaran TGT yaitu:
a) dapat mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap dan keterampilan sosial siswa, meningkatkan hasil belajar, serta aktivitas siswa,
b) lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas,
c) mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu,
d) dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam,
e) proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa,
f) mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain,
g) motivasi belajar lebih tinggi, dan
h) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Sedangkan kelemahan TGT yaitu sebagai berikut.
a. Bagi guru
- Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok.
- Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
b. Bagi siswa
- Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
B. Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament terdapat unsur-unsur yang sangat penting yaitu sebagai berikut.
1. Syarat-Syarat Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Syarat-syarat Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terdiri dari sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiring.
a. Sintaks (Syntax)
Menurut Slavin (dalam Purwati, 2010) ada 5 komponen utama dalam TGT yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut.
Langkah 1 : Tahap Menyampaikan Informasi (Presentasi Klasikal)
Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran seperti biasa, bisa dengan ceramah, diskusi, demonstrasi atau eksperimen bergantung pada karakteristik materi yang sedang disampaikan dan ketersediaan media di sekolah yang bersangkutan. Pada kesempatan ini guru harus memberitahu siswa agar cermat mengikuti proses pembelajaran karena informasi yang diterimanya pada fase ini sangat bermanfaat untuk bisa menjawab kuis pada fase berikutnya dan skor kuis yang akan diperoleh sangat menentukan skor tim mereka.
Langkah 2: Tahap Pembentukan Tim atau Pengorganisasian Siswa (Kelompok)
Pada fase ini, guru membentuk kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-6 orang siswa, terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan kurang. Fungsi kelompok disini adalah untuk mengarahkan semua anggota untuk belajar mengkaji materi yang disampaikan oleh guru, berdiskusi, membantu anggota yang kemampuan akademiknya kurang sehingga mereka secara tim nantinya siap untuk mengikuti kuis. Kekompakkan kerjasama tim akan mampu meningkatkan hubungan antar sesama anggota tim, rasa percaya diri, dan keakraban antar siswa.
Langkah 3: Tahap Permainan (Game Tournament)
Pada fase ini, guru membuat suatu bentuk permainan. Materinya terdiri dari sejumlah pertanyaan yang relevan dengan materi ajar yang disampaikan oleh guru pada fase sebelumnya untuk menguji kemajuan pengetahuan siswa setelah memperoleh informasi secara klasikal dan hasil latihan di kelompoknya. Dalam permainan ini, posisi meja turnamen diatur sebagai berikut (Sumber: Slavin dalam Purwati, 2010).
Tim A
Tim B Tim C
Keterangan gambar:
Siswa dari suatu kelompok ditempatkan pada meja tournament berdasarkan tingkat kemampuan mereka. Pada meja 1 ditempatkan wakil-wakil siswa yang berkemampuan akademik tinggi, pada meja 2 dan 3 ditempatkan siswa yang berkemampuan rata-rata, sedangkan pada meja 4 ditempatkan oleh para siswa yang berkemampuan rendah. Selanjutnya, para siswa akan mengalami perubahan posisi dari satu meja ke meja yang lain tergantung dari kemampuan mereka dalam mengikuti lomba atau tournament. Pemenang pertama pada suatu meja bisa berpindah meja yang berkualifikasi lebih tinggi, pemenang kedua tetap tinggal di meja semula, sedangkan siswa yang memperoleh skor terendah akan bergeser ke meja yang ditempati oleh siswa yang berkualifikasi lebih rendah. Dengan cara ini maka penempatan siswa pada saat awal akan dapat bergeser naik atau turun sampai menempati posisi yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang sesungguhnya mereka miliki.
Peraturan permainan
Permainan diawali dengan memberitahukan aturan permainan kepada siswa. Setelah itu dilanjutkan dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut Slavin, 1995 (dalam Kurniawan, 2008).
1. Tiap meja terdiri dari 4-6 orang siswa yang berasal dari kelompok yang berbeda/heterogen.
2. Setiap pemain dalam tiap meja menentukan terlebih dahulu pembaca soal dan pemain pertama dengan cara undian. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.
3. Soal dikerjakan secara mandiri oleh penantang dan pemain sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang.
4. Pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua jawaban pemain salah, maka kartu dibiarkan saja.
5. Permainan dilanjutkan dengan kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dan posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang.
6. Dalam permainan, pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban kepada peserta yang lain.
7. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
8. Setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh oleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.
Langkah 4: Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok
Skor kelompok diperoleh dengan cara menjumlahkan skor anggota setiap kelompok, kemudian dicari rata-ratanya. Berdasarkan skor rata-rata kelompok akan diperoleh gambaran perbedaan prestasinya. Dari skor rata-rata kelompok ini guru dapat memberikan penghargaan kepada setiap kelompok berdasarkan kriteria seperti pada tabel berikut.
Kriteria Penghargaan untuk Kelompok
No | Kriteria (Rata-rata Kelompok) | Predikat |
1 | X<15 | - |
2 | 15≤X<20 | Kelompok Cukup |
3 | 20≤X<25 | Kelompok Baik |
4 | 25≤X | Kelompok Sangat Baik |
Skor rata-rata kelompok yang lebih kecil dari 15 sengaja tidak diberikan predikat untuk memacu kelompok agar lebih giat belajar pada topik-topik berikutnya.
Dari sintaks pembelajaran di atas tampak bahwa pengetahuan tidak bersumber dari guru, akan tetapi siswalah yang secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri bersama anggota kelompoknya sesuai dengan prinsip-prinsip teori belajar konstruktivisme. Dengan demikian, guru hanya berperan sebagai fasilitator agar terjamin kondisi yang baik untuk pembelajaran.
b. Prinsip Reaksi (Principles of Reactions)
Prinsip reaksi merupakan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, peran guru adalah sebagai berikut.
a) Membangun ikatan emosional, yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran.
b) Berperan sebagai pendamping, pembimbing, fasilitator dan motivator, bukan menempatkan diri sebagai sumber pengetahuan utama bagi siswa.
c) Harus mampu menciptakan suasana psikologis yang dapat membangkitkan respon siswa.
d) Menekankan pentingnya bekerjasama secara kooperatif dalam kelompok masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran, termasuk upaya meningkatkan keterampilan kooperatif siswa.
e) Memberikan bantuan terbatas pada siswa yang membutuhkan bantuan. Bantuan tersebut dapat berupa pertanyan untuk membuka wawasan siswa.
c. Sistem Sosial (The Social System)
Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat terjadinya proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, pola hubungan antara guru dan siswa yaitu terjadi interaksi dua arah, yang artinya interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa yang lain. Proses pembelajaran dalam model TGT lebih berpusat pada siswa (student centered approach) karena siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dirinya. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang belajar bersama secara berkelompok dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya tanpa adanya tekanan dari guru. Dengan pembelajaran seperti itu, maka akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
d. Sistem Pendukung (Support System)
Model pembelajaran TGT dalam pelaksanaannya memerlukan sarana, bahan, dan alat yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga dapat merubah lingkungan belajar yang semula membosankan menjadi lebih menarik dan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Tetapi tidak memerlukan fasilitas pendukung khusus seperti peralatan khusus atau ruangan khusus melainkan hanya meja-meja yang akan dipakai pada saat game tournament, buku-buku yang menyangkut materi yang dipelajari, Lembar Percobaan, LKS dan buku penunjang yang relevan.
e. Dampak Instruksional (Intructional Effect) dan Dampak Pengiring (Nurturant Effect)
- Dampak Instruksional (Instruksional Effect)
Dampak pembelajaran yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu sebagai berikut.
a) Kemampuan konstruksi pengetahuan
Dalam TGT siswa melakukan aktivitas dalam kelompok-kelompok kecil dan berinteraksi dalam sebuah permainan yang melibatkan siswa sebagai tutor sebaya. Dengan aktivitas semacam ini dan dilaksanakan secara rutin, kemampuan siswa dalam konstruksi pengetahuan secara mandiri akan meningkat.
b) Penguasaan bahan ajar
Dalam model TGT, informasi (pengetahuan) dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui aktivitas belajar yang dilakukan oleh kelompok. Pengetahuan yang dikonstruksi sendiri dapat bertahan lama dalam memori siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
c) Kemampuan berpikir kritis
Dalam model pembelajaran TGT, siswa dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pikiran siswa sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang dengan optimal.
d) Keterampilan kooperatif
Pembelajaran dengan TGT memberikan kesempatan kepada siswa dengan berbagai latar belakang kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda untuk bekerja sama, saling tergantung dan belajar menghargai satu sama lainnya. Kondisi semacam ini memungkinkan berkembangnya keterampilan-keterampilan untuk bekerja sama yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
- Dampak Pengiring (Nurturant Effect)
Dampak pengiring yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu sebagai berikut.
a) Minat (interest)
Minat yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Adanya turnamen dalam TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari materi pelajaran.
b) Kemandirian atau otonomi dalam belajar
Dalam pembelajaran yang menggunakan TGT, siswa tidak menerima pengetahuan secara pasif dari gurunya, tetapi siswa berupaya sendiri mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dalam kelompok-kelompok kecil. Kondisi semacam ini akan menumbuhkan kemandirian atau otonomi siswa dalam belajar.
c) Nilai (value)
Pada TGT terkandung nilai kejujuran dalam merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan penjelasan kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk menyatukan pendapat yang berbeda.
d) Sikap Positif terhadap suatu mata pelajaran tertentu
Adanya suasana persaingan yang kompetitif antar kelompok akan membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, baik dalam mempelajari bahan ajar dan membangun pengetahuan sendiri. Kondisi ini akan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, maka akan dapat menumbuhkan sikap positif terhadap suatu mata pelajaran tertentu.
2. Pendekatan Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran (Sanjaya, 2006:127). Pendekatan yang digunakan pada model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah sebagai berikut.
a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang belajar bersama secara berkelompok dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya.
b. Pendekatan Liberal (Liberal approaches)
Pendekatan ini memberikan kesempatan luas pada siswa untuk mengembangkan strategi dan keterampilan belajarnya sendiri.
c. Pendekatan bervariasi
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi anak didik dalam belajar adalah bervariasi (Bahri Djamarah, 2006). Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pendekatan yang bervariasi yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Sehingga dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
3. Strategi Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) strategi yang digunakan adalah strategi pembelajaran kooperatif yaitu strategi pembelajaran kelompok yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, meningkatkan harga diri, dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah serta mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan (Sanjaya, 2006).
4. Metode Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Metode yang dapat digunakan pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ada berbagai macam, beberapa diantaranya yaitu sebagai berikut.
a. Metode Ceramah
Menurut Arikunto (dalam Djamarah, 2005), metode ceramah adalah sebuah cara melaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru secara monolog dan berlangsung satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Pada model pembelajaran TGT, metode ceramah dapat digunakan pada menjelaskan diawal pelajaran, menyimpulkan materi pembelajaran dan mengkonfimasi bila ada jawaban siswa yang perlu diperbaiki.
b. Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu kelompok sebagai suatu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut (Sriyono, 1992:121). Pada model pembelajaran TGT, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-6 orang untuk menyelesaikan permasalahan tertentu.
c. Metode Diskusi
Pada model pembelajaran TGT, siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok masing-masing untuk memecahkan suatu permasalahan.
d. Metode demostrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan (Sanjaya, 2006:152). Pada Model TGT dapat diterapkan pada saat guru mnyajikan informasi.
f. Metode problem solving
Metode problem solving adalah suatu cara mengajar yang menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan (Sriyono, 1992:118). Pada model pembelajaran TGT, siswa dihadapkan pada suatu masalah yang terdapat pada LKS atau permasalahan yang diberikan oleh guru untuk dipecahkan dalam kelompok masing-masing.
h. Metode Pemberian tugas
Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, tugas tersebut dapat diselesaikan secara individu atau secara berkelompok sesuai dengan perintahnya (Sriyono, 1992). Pada model pembelajaran TGT, guru memberikan tugas kepada kelompok masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikannya.
e. Metode Eksperimen
Metode eksperimen atau percobaan adalah cara belajar mengajar yang dilibataktifkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu (Sumantri, 1999:157). Pada model TGT dapat digunakan pada langkah pertama yaitu presentasi klasikal atau penyajian informasi.
C. Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
- Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Model ini dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards.
- Analisis model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) , sebagai berikut.
a. Syarat-syarat model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
a) Sintaks, yaitu presentasi klasikal, pembentukan tim dan pengorganisasian siswa, permainan (Games Tournament) dan pemberian penghargaan
b) Prinsip reaksi, yaitu membangun ikatan emosional, berperan bukan sebagai sumber utama dan menekankan pembelajaran kooperatif.
c) Sistem sosial, yaitu intekasi dua arah dan berpusat pada siswa.
d) Sistem pendukung, yaitu meja untuk turnamen, LKS, Lembar Percobaan dan buku penunjang yang relevan.
e) Memiliki dampak instruksional dan dampak pengiring.
b. Pendekatan yang digunakan pada Model Pembelajaran TGT yaitu pendekatan berorientasi pada siswa, pendekatan liberal dan pendekatan bervariasi.
c. Strategi yang digunakan pada Model pembelajaran TGT adalah strategi pembelajaran kooperatif.
d. Metode yang digunakan pada Model Pembelajaran TGT ada berbagai macam beberapa diantaranya yaitu metode ceramah, kerja kelompok, diskusi, demosntrasi, problem solving, pemberian tugas, dan eksperimen.
Langganan:
Postingan (Atom)